Kamis, 05 Juli 2018

Pengaruh Teori Evolusi dengan Ilmu Psikologi

08.37 0 Comments


Evolusi merupakan proses perubahan makhluk hidup secara lambat dalam waktu yang sangat lama, sehingga berkembang menjadi berbagai spesies baru yang lebih lengkap struktur tubuhnya. Menurut teori evolusi, makhluk hidup yang sekarang berbeda dengan makhluk hidup zaman dahulu. Nenek moyang makhluk hidup sekarang yang bentuk dan strukturnya berbeda mengalami perubahan-perubahan baik struktur maupun genetis dalam waktu yang sangat lama, sehingga bentuknya jauh menyimpang dari struktur aslinya dan akhirnya menghasilkan berbagai macam spesies yang ada sekarang. Jadi tumbuhan dan hewan yang ada sekarang bukanlah makhluk hidup yang pertamakali berada di bumi, tetapi berasal dari makhluk hidup di masa lampau.
Ada dua macam evolusi, yaitu evolusi progressif dan evolusi regressif. Evolusi progressif merupakan proses evolusi yang menuju kemungkinan dapat bertahan hidup sehingga menghasilkan spesies baru. Evolusi regressif merupakan evolusi menuju kemungkinan mengalami kepunahan.
Charles Robert Darwin. Yap! Itulah salah satu tokoh filsuf yang sangat terkenal. Beliau menularkan beberapa karya yang mengubah pandangan dunia. Darwin, nama yang akrab dikenal, menggegerkan dunia dengan karyanya yang fenomenal, The Origin of Species, sebuah buku yang diklaim sebagai buku akademik paling berpengaruh sepanjang sejarah oleh Guardian. Dalam bukunya itu, Darwin menawarkan sebuah pandangan baru tentang penciptaan, yaitu evolusi melalui seleksi alam (natural selection).
Yang dimaksud seleksi alam adalah: proses pemilihan yang dilakukan oleh alam terhadap variasi makhluk hidup di dalamnya. Hanya makhluk hidup yang memiliki variasi sesuai dengan lingkungan yang bisa bertahan hidup, sedang yang tidak sesuai akan punah. Organisme yang bisa hidup inilah yang selanjutnya akan mewariskan sifat-sifat yang sesuai dengan lingkungan pada generasi berikutnya.
Darwin pun menggunakan Jerapah sebagai teori nya. Sebagai pembanding dengan teori Lamarck, panjang leher jerapah dapat dijelaskan dengan teori Darwin sebagai berikut. Nenek moyang jerapah punya variasi panjang leher, ada yang berleher pendek dan ada yang berleher panjang. Karena terjadi bencana kekeringan, lingkunganpun berubah dan, berlangsunglah proses seleksi alam. Jerapah berleher pendek tidak dapat mencari makan dengan menjangkau daun-daun di pohon sehingga tidak bisa bertahan hidup. Sebaliknya jerapah berleher panjang tetap dapat memperoleh makanan dari daun-daun di pohon sehingga dapat bertahan hidup. Karena mampu bertahan hidup maka jerapah tersebut mampu berbiak dan mewariskan sifat adaptif yaitu leher panjang pada generasi berikut. Itulah sebabnya semua jerapah sekarang berleher panjang. 

Darwin sendiri sudah membuat sebuah pernyataan dalam bukunya, ia memprediksi bahwa di masa depan, ada banyak bidang keilmuan yang dibuka dari teori evolusioner yang telah ia kemukakan. Ia menyebutkan bahwa:
“Di masa depan, saya melihat bidang-bidang terbuka bagi jauh lebih banyak lagi penelitian. Psikologi akan didasarkan pada pondasi baru yang memberikan setiap kekuatan dan kemampuan mental secara bertahap. Banyak titik terang akan terungkap tentang asal-usul manusia dan sejarahnya”
Jika psikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia atau apapun tentang manusia, sepertinya sulit melacak pemikiran psikologi pada masa lampau. Sudah pasti sejak manusia mampu berpikir logis dan memiliki kesadaran, ia sudah bertanya tentang hakikat manusia.
Psikologi yang mengadopsi pisau perspektif Darwin, dikenal dengan psikologi evolusioner. Ia adalah sebuah pendekatan baru dalam disiplin psikologi yang kira-kira berkembang pada tahun 80an, dikembangkan oleh pasangan suami istri Cosmides dan Tooby dari University of’8 California. Perkembangan psikologi evolusioner sangat dipengaruhi oleh perkembangan pesat dalam disiplin neurosains dan kognitif yang memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang otak manusia.
Sudah bukan rahasia lagi, bahwa otak merupakan pusat segala aktivitas manusia, baik yang sadar (seperti gerak tubuh) maupun tidak (seperti detak jantung). Setiap bagian otak tertentu (sirkuit) bertanggung jawab pada aktivitas spesifik tertentu. Ada yang mengatur bagian bahasa, memori, logika, sensori, dan lain sebagainya. Lalu, apa yang bertanggung jawab dalam pembentukan otak? Ia adalah gen, yang secara turun temurun diwariskan melalui reproduksi.
Singkatnya, jika otak dibentuk oleh gen yang diwariskan secara turun temurun dan terus berevolusi sesuai seleksi, bukankah sangat memungkinkan perilaku manusia (sebagai hasil aktivitas otak) juga sangat dipengaruhi oleh evolusi? Kita tidak ragu bahwa gen membentuk anatomi tubuh, tetapi ketika gen diklaim bertanggung jawab pada perilaku? Rasa nyaman kita sebagai manusia yang memiliki kehendak bebas sedikit terusik. Apakah kita bebas berperilaku? Atau perilaku kita didikte oleh gen? Entahlah, perlu tulisan sendiri untuk mengupas masalah ini.
Psikolog evolusioner berusaha menjawab permasalah psikologis dengan menggunakan perspektif evolusi. Berusaha mendamaikan pengaruh bawaan gen (nature) dan pengaruh lingkungan (nurture) pada perilaku manusia. Tidak semua tindakan dikendalikan oleh gen, tapi tidak ada satupun perilaku yang tidak melibatkan sel otak. Psikologi, khususnya di Indonesia, seringkali mengabaikan fakta ini. Tapi, untuk keperluan pragmatis, pemahaman teoritis macam ini memang tak perlu.
Psikologi evolusioner, bagi saya, memberikan penjelasan yang memuaskan terhadap perilaku manusia. Contohnya, mengapa manusia seringkali tolong menolong? Karena tujuan setiap makhluk hidup adalah bertahan hidup, maka tolong menolong dikembangkan untuk dapat menambah peluang untuk hidup sesama spesies, terutama makhluk yang hidup berkelompok. Tak ada makhluk sosial yang tidak mengembangkan sikap tolong menolong antar anggota kelompoknya.


Sumber:

Rabu, 04 Juli 2018

#Belajar Bareng Yuk

21.05 0 Comments
Mengenal Meningitis dan Contoh Kasus.


            Meningitis termasuk ke dalam sepuluh macam penyakit berbahaya di dunia yang sering menyerang anak-anak. Tetapi bukan hanya anak-anak yang bisa terkena penyakit meningitis, orang dewasa pun bisa terserang. Hanya saja gejala meningitis memang tidak sepenuhnya disadari oleh masyarakat. Meningitis adalah infeksi pada meninges (selaput pelindung) yang menyelimuti otak dan saraf tulang belakang. Ketika meradang, meninges membengkak karena infeksi yang terjadi. Setiap tahun, lebih dari 400 juta orang yang tinggal di 26 negara terserang penyakit meningitis.
       Memang penyakit ini akan membaik dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu. Namun, bila dibiarkan begitu saja dan tidak melakukan pengobatan, penyakit ini akan menimbulkan komplikasi serius dan semakin lama semakin parah. Jenis komplikasi yang mungkin akan muncul anatra lain gangguan pada pendengaran, kerusakan pada otak, gagal ginjal, syok, masalah pada memori, dan masalah berjalan. Selain itu, resiko kejang dan kerusakan saraf permanen akan terjadi bila tidak melakukan penngobatan dengan cepat. Hal ini secara tidak langsung akan mengancam jiwa.
         Meningitis sendiri biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau mikroorganisme. Kebanyakan kasus penyakit meningitis disebabkan oleh infeksi virus, infeksi bakteri, jamur, dan parasit menjadi penyebab paling umum berikutnya. Penyakit meningitis juga bisa dari berbagai penyebab non-infeksius, seperti karena obat-obatan misalnya atau bisa juga penyebab kanker ke meninges (malignant meningitis).
          Virus yang dapat menyebabkan meningitis termasuk enterovirus, herpes simplex virus tipe 2 (dan kurang umum tipe 1), varicella zoster virus (dikenal sebagai penyebab cacar air dan ruam saraf), virus gondok, HIV, dan LCMV. Sementara bakteri yang dapat mengakibatkan serangan menigitis diantaranya:
1. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus)
Bakteri ini yang paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak. Jenis bakteri ini juga yang bisa menyebabkan infeksi pneumonia, telinga dan rongga hidung (sinus).
2.  Neisseria meningitidis (meningococcus)
Bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak setelah Strepococcus pneumoniae. Meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran darah.
3. Haemophilus influenzae (haemophilus)
Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat menyebabkan meningitis. Jenis virus ini sebagai penyebabnya infeksi pernafasan bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis. Pemberian vaksin (Hib vaccine) telah membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus yang disebabkan bakteri jenis ini.
4. Listeria monocytogenes (listeria)
Ini merupakan salah satu jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan meningitis. Bakteri ini dapat ditemukan dibanyak tempat, dalam debu dan dalam makanan yang terkontaminasi. Makanan ini biasanya yang berjenis keju, hot dog dan dagin sandwich yang mana bakteri ini berasal dari hewan lokal (peliharaan).

          Secara umum, terdapat lima jenis meningitis:
1. Meningitis bakterialis
Meningitis jenis ini disebabkan bakteri dan menyebar melalui kontak jarak dekat. Jika tidak ditangani, bisa menyebabkan kerusakan otak parah, kehilangan indera pendengaran dan menimbulkan infeksi pada darah (septikemia). Penderita meningitis bakterialis kebanyakan bayi berusia di bawah satu tahun.
2. Meningitis virus
Sedangkan penyebab meningitis virus adalah virus yang bisa menyebar melalui batuk, bersin dan lingkungan yang tidak higienis. Meningitis virus memiliki kesamaan gejala dengan flu. Anak berusia di bawah lima tahun dan seseorang dengan sistem kekebalan tubuh lemah memiliki risiko lebih besar untuk tertular meningitis virus.
3. Meningitis jamur
Meningitis jamur biasanya merupakan hasil dari menyebarnya jamur di sumsum tulang belakang melalui aliran darah. Resiko seseorang terkena meningitis jamur akan meningkat ketika sistem kekebalan tubuhnya terganggu, seperti pada penderita HIV dan kanker. Beberapa gejala meningitis jamur adalah penderita akan sensitif terhadap cahaya dan merasa kebingungan.
4. Meningitis parasit
Meningitis jenis ini disebabkan oleh parasit yang biasanya masuk ke dalam tubuh melalui hidung. Amuba yang menyebabkan meningitis parasit umumnya adalah Naegleria fowleri. Amuba ini biasanya ditemukan pada danau, sungai air tawar yang bersuhu hangat, sumber air panas bumi, kolam renang yang tidak dirawat, pemanas air dan tanah.
5. Meningitis Non-infeksi
Ada lebih dari satu faktor penyebab meningitis non-infeksi. Meningitis jenis ini tidak menular dan memiliki gejala umum yang sama seperti meningitis jenis lainnya.


Contoh Kasus

          Presenter sekaligus komedian Olga Syahputra meninggal dunia disebuah rumah sakit di Singapura pada 16.17 waktu setempat. Informasi terakhir, Olga meninggal dunia karena penyakit meningitis di usia 32 tahun. Sebelum peninggalannya, berikut riwayat penyakit Olga Syahputra:

  • ·        4 Agustus 2013.
Penyakit yang dialami Olga diketahui mulai diketahui publik sekitar awal Agustus 2013. Kala itu, Olga sempat absen di beberapa acara yang dibintanginya. Sempat seminggu dirawat di Rumah Sakit Medistra, Olga pun akhirnya diperbolehkan pulang.

  • ·        26 Agustus 2013.
Olga Syahputra akhirnya buka suara soal penyakitnya. Menurut Olga kondisinya sempat drop karena di lehernya terdapat benjolan yang disebabkan oleh bakteri.

  • ·        26 September 2013.
Setelah sempat kembali ke panggung hiburan, Olga kembali jatuh sakit dan absen dalam beberapa acara. Menurut sahabatnya Jessica Iskandar, benjolan di leher yang dimiliki Olga kembali membengkak sehingga kondisinya kembali drop.

  • ·        23 April 2014.
Olga kembali masuk rumah sakit. Kali ini ini rumah sakit yang dipilih adalah RS Pondok Indah. Keluarga menyebut jika Olga kecapekan sehingga harus masuk RS.

  • ·        30 April 2014.
Dokter RS Pondok Indah mendiagnosa Olga penyakit Meningitis atau radang selaput otak. Dokter menduga penyakit tersebut disebabkan karena Olga yang terlalu banyak bekerja dan tidak menjaga pola makan.

  • ·        4 Mei 2014.
Olga dipindahkan ke RS di Singapura. Menurut sahabat Olga, Denny Cagur, penyakit meningitis atau radang selaput otak yang diderita sahabatnya memang harus ditangani dengan serius. Selain itu, kepergian Olga ke Singapura agar bisa menjalani perawatan dengan baik tanpa diganggu sahabatnya yang menjenguk.

  • ·        27 Maret 2015
Dari Singapura, manajer Olga Syahputra, mengabarkan kepada media massa di Indonesia, Olga Syahputra meninggal dunia pada Jumat sore pukul 17.17 waktu Singapura atau 16.17 waktu Jakarta.

          Infeksi meningitis bisa mencapai otak melalui beberapa rute, seperti melalui aliran darah dari tubuh bagian lain yang sudah terinfeksi, melalui tulang tengkorak dari sinus atau telinga bagian dalam yang terinfeksi, atau dari cedera kepala seperti luka yang menyebabkan tengkorak retak atau tembus. Secara khusus, meningitis biasa terjadi ketika daya tahan tubuh seseorang menurun. Banyak faktor yang dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun, antara lain pasca operasi atau rawat inap yang lama, sistem kekebalan tubuh yang lemah, atau sebagai dampak dari suatu penyakit serius seperti gagal ginjal kronis.
         Gejala meningitis sendiri pada tiap-tiap orang bisa berbeda-beda. Pada orang dewasa umumnya demam, sakit kepala, mual dan muntah, kekakuan leher, fotofobia (toleransi rendah atau takut pada cahaya terang), kebingungan, sakit atau nyeri sendi, mengantuk, bahkan bisa kejang-kejang. Lalu pada ana-anak biasanya tandanya demam, menangis dengan nada yang tinggi, kulit pucat, tidak mau akan, rewel, melengkukan punggung, dan sulit untuk bangun.
          Agar kita tidak diserang infeksi meningitis, kita perlu melakukan vaksinisasi. Selain itu, kita juga harus menjaga pola makanan yang sehat, lingkungan yang bersih dan menjaga tubuh kita dari tempat umum yang bisa beresiko terkena meningitis atau penyakit serius tertentu. Kita juga bisa menasihati atau saling peduli tentang bahaya mengingitis kepada keluarga, teman dekat, bahkan rekan kerja.



Sumber:
Anonymous. (2015). Riwayat Penyakit Olga Syahputra. Dalam: https://www.liputan6.com/showbiz/read/2198235/riwayat-penyakit-olga-syahputra

Marianti. TT. Gejala, Penyebab dan Pengobatan Meningitis. Dalam: https://www.alodokter.com/meningitis