Ar
rahman, Yasin, Al waqiah atau Al kahf?
Assalamualaikum wr. wb
Apakabar kalian para
pembaca blog ini? Semoga sehat selalu ya. Ditulisan kali ini aku mau meluruskan
pemikiran yang masih simpang siur. Ini pun berdasarkan ilmu yang aku punya
berdasarkan ceramah-ceramah yang suka aku dengerin di salah satu siaran di televisi dan ilmu yang aku bawa sendiri dari sekolah aku.
Apasih maksud dari judulnya?
Jadi dari kebanyakan orang yang masih bingung “apasih yang harus saya baca pada
malam Jum’at? Ar-Rahman kah? Yasin kah? Al-Waqiah kah? Atau Al-Kahfi?”
Sebelum aku jawab, kita
harus tau dulu nih bahwasannya keempat surat itu baik dan bagus untuk dibaca. Tidak
hanya 4 surat itu saja, 114 surat yang ada di Al-Qur’an pun juga sangat baik
dan bagus untuk dibaca, dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berhubung
kebanyakan orang bingung nih antara keempat surat itu, maka kita bahas dulu
satu persatu keutamaannya biar lebih jelas lagi.
Yang pertama Ar-Rahman. Sampai
saat ini sebetulnya aku ganemu ya ada hadits atau dalil yang menyuruh kita baca
Ar-Rahman di malam Jum’at ataupun di hari Jum’at. Hanya saja dulu saat aku masih
bersekolah, setiap hari Jum’at setelah shalat Dhuha kami selalu membacakan
surat Ar-Rahman. Shalat Dhuha dan shalat sunnah rawatib jadi suatu kewajiban
disekolah aku hehe. Tujuannya sih agar kami setelah lulus dari sekolah itu,
kami terbiasa untuk menjalankan shalat-shalat sunnah.
Ketiga, tentang
Al-Waqiah. Banyak hadits atau dalil yang berkeluaran di media tulis, cetak
maupun elektronik yang dipercayai bahwa itu benar. Diantaranya:
1. Imam Ad-Dailami rahimahullah meriwayatkan
dari jalan Ahmad bin Umar Al-Yamami dengan sanadnya hingga Abdullah bin Abbas
radhiyallahu anhuma, (bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda) :
من
قرأ
سورة
الواقعة
كل
ليلة
لم
تصبه
فاقة
أبدا،
ومن
قرأ
كل
ليلة
{لا
أقسم
بيوم
القيامة}
لقي
الله
يوم
القيامة
ووجهه
في
صورة
القمر
ليلة
البدر
“Barangsiapa
yang membaca surat Al-Waqi’ah setiap malam maka dia tidak akan ditimpa
kemiskinan selamanya. Dan barangsiapa setiap malam membaca Surat Al-Qiyamah,
maka dia akan berjumpa dengan Allah pada hari Kiamat sedangkan wajahnya
bersinar layaknya rembulan di malam purnama.”
# Hadits ini derajatnya
Maudhu’ (PALSU), karena di dalam sanadnya ada seorang perawi Pemalsu hadits
yang bernama Ahmad bin Umar Al-Yamami. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah
berkata: “Ahmad bin Umar al-Yamami adalah seorang perawi hadits yang pendusta.”
2. Abu Asy-Syaikh meriwayatkan dari jalan
Abdul Quddus bin Habib, dari Al-Hasan, dari Anas secara marfu’ (sanadnya
tersambung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallm, pent):
من
قرأ
سورة
الواقعة
وتعلمها
لم
يكتب
من
الغافلين
،
ولم
يفتقر
هو
وأهل
بيته
“Barangsiapa
membaca surat Al-Waqi’ah dan mempelajari (tafsir)nya, maka ia tidak dicatat
(oleh Allah) termasuk orang-orang yang lalai, dan ia sekeluarga tidak akan
mengalami kemiskinan.”
#Hadits ini derajatnya
Maudhu’ (PALSU), karena di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama
Abdul Quddus bin Habib, ia pernah memalsukan hadits, sebagaimana dinyatakan
oleh sebagian ulama hadits. Ibnu Hibban rahimahullah berkata tentangnya: “Dia
pernah memalsukan hadits dengan mengatasnamakan para perawi yang tsiqoh
(terpercaya). Oleh karenanya, TIDAK BOLEH mencatat dan meriwayatkan hadits
darinya.”
3. Diriwayatkan dari Abdullah bin Wahb, ia
berkata; telah menceritakan kepadaku As-Sary bin Yahya, ia berkata; bahwa
Syuja’ (Abu Syuja’) menceritakan kepadanya dari Abu Thoyyibah (Abu Zhobiyyah),
dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda:
من
قرأ
سورة
الواقعة
في
كل
ليلة
لم
تصبه
فاقة
“Barangsiapa
membaca surat Al Waqi’ah setiap malam, maka dia tidak akan tertimpa
kemiskinan.”
4. Al-Harits bin Abu Usamah berkata: telah
menceritakan kepada kami Al-Abbas bin Al-FadhL, ia berkata; telah menceritakan
kepada kami As-Sary bin Yahya, ia berkata; telah menceritakan kepada kami
Syuja’ (Abu Syuja’), dari Abu Thoyyibah, dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, ia
berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
من
قرأ
سورة
الواقعة
في
كل
ليلة
لم
تصبه
فاقة
أبدا
“Barangsiapa
membaca surat Al-Waqi’ah setiap malam, maka dia tidak akan tertimpa kemiskinan
selamanya.”
5. Imam Al-Baihaqi berkata: telah
memberitahukan kepada kami Abul Husain bin Al-FadhL Al-Qoththon, ia berkata;
telah mengkhabarkan kepada kami Abdullah bin Ja’far, ia berkata; telah
menceritakan kepada kami Ya’qub bin Sufyan, ia berkata; telah menceritakan
kepada kami Al-Hajjaj, ia berkata; telah menceritakan kepada kami As-Sariy bin
Yahya Asy-Syaibani Abul Haitsam, dari Syuja’, dari Abu Fathimah, ia berkata:
أن
عثمان
بن
عفان
– رضى
الله
عنه
– عاد
ابن
مسعود
فى
مرضه
فقال
: ما
تشتكي
؟
قال
: ذنوني
قال
: فما
تشتهي
؟
قال
: رحمة
ربى
قال
: ألا
ندعوا
لك
الطبيب
؟
قال
: الطبيب
أمرضنى
قال
: ألا
آمر
لك
بعطائك
؟
قال
: منعتنيه
قبل
اليوم
،
فلا
حاجة
لى
فيه
قال
: فدعه
لأهلك
وعيالك
قال
: إنى
قد
علمتهم
شيئا
إذا
قالوه
لم
يفتقروا
،
سمعت
رسول
الله
صلى
الله
عليه
وسلم
يقول
( من
قرأ
الواقعة
كل
ليلة
لم
يفتقر
“Bahwa
Utsman bin Affan radhiyallahu anhu pernah menjenguk Abdullah (bin Mas’ud) ketika
ia menderita sakit, lalu Utsman bin ‘Affan bertanya: “Apa yang kau rasakan?”
Abdullah berkata,”Dosa-dosaku.” Utsman bertanya: ”Apa yang engkau inginkan?”
Abdullah menjawab: ”Rahmat Tuhanku.” Utsman berkata: ”Apakah aku datangkan
dokter untukmu.”. Abdullah menjawab: ”Dokter membuatku sakit.” Utsman berkata:
”Apakah aku datangkan kepadamu pemberian (harta) ?” Abdullah menjawab: ”Aku
tidak membutuhkannya.” Utsman berkata: ”(Mungkin) harta itu engkau berikan
kepada istri dan anak-anakmu (sepeninggalmu, pent).” Abdullah menjawab:
”Sesungguhnya aku telah mengajarkan kepada keluargaku suatu (bacaan) yang
apabila mereka membacanya niscaya mereka tidak akan mengalami kemiskinan. Aku
pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ”Barangsiapa yang
membaca surat al-Waqi’ah pada setiap malam maka dirinya tidak akan ditimpa
kemiskinan (selama-lamanya, pent).”
#Hadits ke 3,4 dan 5 ini
derajatnya DHO’IF (Lemah), karena Di dalam sanadnya ada seorang perawi DHO’IF
(Lemah), yaitu Syuja’ (atau Abu Syuja’). Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata:
”Abu Syuja’ adalah seorang yang majhul (tidak dikenal jati dirinya dan tidak
diketahui kredibilitasnya). Demikian juga ia meriwayatkan dari Abu Thayyibah,
siapa Abu Thayyibah itu?” (maksudnya dia adalah perawi yang tidak dikenal
juga).
Dan terakhir tentang Al-Kahf.
Nah, Al-Kahf ini terdapat hadits atau dalil yang memang dinyatakan
kebenarannya.
1. "Barangsiapa membaca surat al-Kahfi
pada malam Jum’at, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dia
dan Baitul 'atiq." (HR. Ad-Darimi, al-Nasai, dan Al-Hakim).
Jadi maksud disini bahwa
ganjaran yang disiapkan bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at
atau pada hari Jum’at akan diberikan cahaya. Dan cahaya ini diberikan pada hari
kiamat, yang memanjang dari bawah kedua telapak kakinya sampai ke langit.
2. "Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi
pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua
Jum'at." (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi).
Jadi bisa berupa ampunan
dosa antara dua Jum’at. Cahaya ini bentuk ketaatan yang akan menghapuskan
kemaksiatan.
Gimana? Udah paham kan
mana yang dianjurkan mana yang tidak. Ohiya kenapasih malem Jum’at dan hari Jum’at?
Karena pergantian hari menurut Islam itu dari terbenamnya matahari. Sebenernya
kalau mau mengikuti sunnah-sunnah lainnya yang diajarkan oleh Rasulullah masih
banyak yaa jadi jangan terpaku dengan membaca satu surat di malam Jum’at atau
dihari Jum’at.
Segitu aja isi blog kali
ini, sekali lagi aku sharing ilmu berdasarkan ceramah yang ku tonton dan pembelajaran
dari sekolah ku hehe. Jadi kalau emang pernyataan aku disini kurang tepat,
mohon diberitahu kebenarannya. Oh iya ada satu lagi nih yang ngebantu aku dalam
nyampein materi ini.
Terimakasih nih untuk para
pembaca. Semoga bermafaat ya.