Jumat, 27 Oktober 2017

Ilmu Budaya Dasar dan Kesusastraan

                 
Bertemu Sahabat Lama

 

            Pagi itu udara begitu segar. Ketiga sahabat itu berjalan dengan penuh ceria dan sesekali diselingi dengan canda tawa. Ketiga sahabat itu bernama Riris, Lala dan Dira. Mereka memang sudah bersahabat sejak dua tahun yang lalu, sejak mereka duduk di bangku SMP kelas 7 sekarang mereka kelas 9 SMP. Mereka memang selalu akrab walaupun terkadang mereka sempat saling marah, tapi hanya dalam waktu beberapa hari saja bahkan beberapa jam saja selebihnya mereka akrab kembali.


           Hari itu mereka sengaja berangkat sekolah jalan kaki walaupun jarak antara rumah dengan sekolah cukup jauh, mereka jalan kaki karena jalannya tidak bisa dilewati sepeda sebab tadi malam hujan deras. Di jalan mereka sempat berbincang bincang.

“Riris, Lala kalian masih mau kan jadi sahabat aku” Tanya dira
“Maksudmu apa tanya seperti itu dira?” sahut lala
“Aku tidak bermaksud apa apa, aku hanya ingin memastikan kalian masih sayang denganku apa tidak” jawab lala
“Iya tentulah kita masih mau bersahabat denganmu untuk selamanya” sahut riris
“Iya kita mau kok jadi sahabatmu” tambah dira
“Oke, jadi kita adalah sahabat selamanya” jawab dira dengan gembira


          Setelah lama mereka berbincang bincang, akhirnya mereka sampai di depan sekolah, mereka pun langsung menuju kelas. Bel pulang pun berbunyi, mereka segera keluar dan kembali pulang dengan jalan kaki. Setelah lama mereka jalan kaki akhirnya mereka kembali ke rumahnya masing masing.



          Pada suatu hari mereka sedang belajar kelompok. Mereka belajar kelompok di rumahnya dira.
“dira kenapa lala belum datang juga” tanya riris
“mungkin dia masih di perjalanan kan rumahku dengan rumahnya lala cukup jauh” jawab dira
“tapi kita sudah lama mununggu, hampir satu jam kita menunggu” kata riris
“iya, ke mana ya lala” kata dira
“dira bagaimana kalau lala kita jemput” ide riris
“iya ide yang bagus. Ayo kita jemput lal” jawab dira



        Akhirnya mereka memutuskan untuk menjemput lala. Setelah lama mereka berjalan, akhirnya mereka sampai di dekat rumah lala.
“lo. Riris kenapa di rumah lala kok ramai sekali” Tanya dira
“iya dira, emangnya ada apa iya” kata riris
“bagaimana kalau kita samperin” ajak dira
“oke ayo” jawab riris


          Mereka pun menghampiri rumah lala, kebetulan lala di luar rumah
“lala kenapa kok banyak orang” Tanya dira
“kenapa kok kamu menangis” tambah riris
“sebelumnya aku minta maaf karena aku tidak bisa datang ke rumah dira, karena ayah dira meninggal dunia akibat kencing manis, sekarang masih di rumah sakit dan perjalanan ke sini” jawab lala sambil menangis
“lala, aku turut berduka cita atas kepergian ayah kamu ya” kata dira
“kamu yang sabar ya. Semoga ayah kamu ditempatkan di antara orang orang yang beriman. Kamu tidak boleh sedih” tambah riris

Tidak lama kemudian jenazah ayahnya tiba di rumah, lala langsung memeluknya.
“lala, kita pulang dulu iya. Ini sudah sore” kata riris
“iya terima kasih” jawab lala

          Akhirnya dira dan riris pulang ke rumahnya masing masing.

Pagi ini mereka melakukan aktivitas rutin yaitu sekolah, tapi kali ini hanya dira dan riris saja yang berangkat sekolah bersama. Sementara lala hari ini diantar oleh ibunya, entah kenapa. Setelah sampai di sekolah dira dan riris bertemu dengan lala. Lala pun mengajak berbincang bincang di taman.

“riris, dira mungkin minggu depan kita sudah tidak bisa bertemu lagi” kata lala
“maksud kamu apa” Tanya dira
“minggu depan aku dan ibu akan pindah ke rumah nenek, karena di sini sudah tidak ada ayah” jawab lala
“ou, jadi itu alasannya” kata riris
“iya, tapi aku janji kalau liburan aku akan main ke sini” kata lala
“iya, tidak apa apa kok” kata dira
Mereka pun berpelukan dan bel masuk pun berbunyi.


                Hari minggu pun tiba, kini saatnya lala pamit ke dira dan riris karena dia akan pindah ke rumah neneknya. Kebetulan dira dan riris sedang bermain di rumah dira. Lala pun menghampiri dira dan riris
“dira riris aku mau pamit hari ini aku akan pergi ke rumah nenek untuk selamanya” kata lala
“iya lala, jangan lupakan kami ya” kata riris
“jangan lupakan janjimu dulu ya” tambah dira
“iya aku akan ingat semua itu” jawab lala
Mereka pun berpelukan

“dah riris dira. Selamat tinggal” pamit lala
“selamat tinggal lala” ucap dira dan riris


             Setelah lala pergi, kini riris dan dira hanya berdua. Tiga tahun kemudian, hari itu hari minggu dira dan riris sedang berjalan jalan di sekitar rumah lala, kebetulan lala sedang pulang dan di situ mereka bertemu. Riris dan dira pun menghampiri lala.
“lala” teriak dira dan riris
“riris, dira” teriak lala
“bagaimana kabar kamu lala” Tanya dira
“aku baik baik saja. Aku kangen kalian. Kalian ngapain di sini” kata lala
“kita sedang jalan jalan” kata dira
“lala kapan kamu ke sini” Tanya riris
“baru tadi malam” jawab lala
“lala kenapa baru kali ini kamu ke sini, liburan kan sudah berkali kali” Tanya riris
“iya maaf liburan lalu ibuku sibuk dengan pekerjaannya, jadi aku tidak bisa ke sini. maafkan aku sobat” jawab lala
“ouw, iya tidak apa apa kirain kamu lupa dengan kami” kata dira
“iya tidak mungkinlah. Ayo kita duduk sambnil bercerita” kata lala


             Mereka pun berceria bersama tentang apa yang mereka rasakan sekarang. Tak lama kemudian dira dan riris pamit untuk pulang karena hari sudah siang
“lala kita pulang dulu iya” kata riris
“lala kalau mau balik jangan lupa kasih tau kami iya” kata dira
“mungkin aku tidak bisa kasih tau kalian, karena pulangku tidak pasti. Mungkin waktu aku balik kalian waktu sekolah” kata lala
“ou, iya sudah tidak apa apa” jawab dira
“tapi jangan lupakan kami iya” tambah riris
“iya. Itu pasti aku ingat. kalian kan sahabat aku untuk selamanya” ucap lala
Mereka pun berpelukan

“kami pamit dulu iya lala” kata riris dan dira
“iya. Sampai jumpa” jawab lala

            Akhirnya dira dan riris pulang ke rumah masing masing. Ketiga sahabat itu sampai sekarang tetap menjadi sahabat sejati untuk selamanya, walaupun terpisah karena jarak.




Prosa ini menggambarkan hubungan:


  1.  Manusia dan keindahan
Pada kalimat "Pagi itu udara begitu segar. Ketiga sahabat itu berjalan dengan penuh ceria dan sesekali diselingi dengan canda tawa.", disini terlihat kalimat yang memberi tahu pembaca, bahwa si pemeran utama menunjukkan ke segaran pada pagi hari, dan itu merupakan suatu hal yang indah.


    2.  Manusia dan harapan

Pada kalimat “kamu yang sabar ya. Semoga ayah kamu ditempatkan di antara orang orang yang beriman. Kamu tidak boleh sedih”, pada kalimat ini terlihat bahwa temannya pemeran utama ingin si pemeran utama jangan terlarut dalam kesedihan dan berharap ayah dari si pemeran utama ditempatkan di tempat yang layak oleh Tuhan.


Dan pada kalimat,
“dira riris aku mau pamit hari ini aku akan pergi ke rumah nenek untuk selamanya” kata lala

“iya lala, jangan lupakan kami ya” kata riris
“jangan lupakan janjimu dulu ya” tambah dira
“iya aku akan ingat semua itu” jawab lala,
pada percakapan diatas kita bisa melihat bahwa teman dari si pemeran utama tidak ingin si pemeran utama melupakan mereka walau sudah tidak bersama lagi.


    3.  Manusia dan kegelisahan

Terdapat pada kalimat,
“Riris, Lala kalian masih mau kan jadi sahabat aku” Tanya dira
“Maksudmu apa tanya seperti itu dira?” sahut lala
“Aku tidak bermaksud apa apa, aku hanya ingin memastikan kalian masih sayang denganku apa tidak” jawab dira,
disini kita bisa melihat bahwa teman dari si pemeran utama merasa gelisah akan takut bahwa teman-temannya tidak ingin bersahabat lagi dengannya.


Dan di kalimat “dira kenapa lala belum datang juga” tanya riris
“mungkin dia masih di perjalanan kan rumahku dengan rumahnya lala cukup jauh” jawab dira
“tapi kita sudah lama mununggu, hampir satu jam kita menunggu” kata riris
“iya, ke mana ya lala” kata dira
“dira bagaimana kalau lala kita jemput” ide riris
“iya ide yang bagus. Ayo kita jemput lala jawab dira.
Disini terlihat bahwa teman-teman gelisah akan si pemeran utama belum datang juga.


    4.  Manusia dan penderitaan


Terdapat pada kalimat “sebelumnya aku minta maaf karena aku tidak bisa datang ke rumah dira, karena ayah dira meninggal dunia akibat kencing manis, sekarang masih di rumah sakit dan perjalanan ke sini” jawab lala sambil menangis. Disini kita bisa lihat penyebab ayah dari si pemeran utama kenapa meninggal, dan itu merupakan suatu penderitaan.


   5.  Manusia dan cinta kasih

Terdapat pada kalimat "Akhirnya dira dan riris pulang ke rumah masing masing. Ketiga sahabat itu sampai sekarang tetap menjadi sahabat sejati untuk selamanya, walaupun terpisah karena jarak.", disitu kita bisa melihat bahwa bukti cinta mereka bertiga lah yang membuat mereka terus bersama meskipun mereka terpisah karna jarak.






Sumber cerita :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar